Rabu, 10 Juni 2020

EMANG KENAPA JIKA SUDAH TIDAK PERAWAN?

Saya tidak akan membahas issu "keperawanan" seperti pada umumnya yang dijelaskan bahwa perempuan dinyatakan tidak lagi perawan apabila  selaput dara vaginanya robek.  

Seperti yang sering kita baca bahwa selaput dara bisa saja robek oleh tiga faktor, seperti kecelakaan, kesengajaan sang pemilik tubuh (masturbasi, Red) dan hubungan intim.

Kita semua pasti sudah membaca bahwa pada tahun 2019 ada seorang  atlet senam dipulangkan karena menurut pelatihnya sudah tidak perawan, entah seperti apa proses identifikasinya tidak ditunjukan kepada publik.

Media indonesia lantas sontak memberitakan kabar tersebut. Wajah Shalwa Avrila atlet senam KONI menghiasi layar kaya dan berita-beritanya memenuhi online dengan penuh tekanan, air mata dan kekecewaan dari pihak keluarga.

Meskipun Shalfa sudah menerima permintaan maaf dari oknum yang menyudutkannya, Shalfa mengaku sangat  sedih, malu, tertekan, dan stres. Tidak seharusnya robeknya  selaput dara menjadi penghambat prestasi seseorang. 

Kalau pun dia sudah tidak perawan, karena kecelakaan, atau melakukan hubungan intim secara sengaja dan suka sama suka dengan kekasihnya, tidak akan merugikan bangsa indonesia juga kan.

Jika laki-laki bebas melakukan penetrasi kapanpun mareka mau, menikmati kepuasan pada tubuh mereka tanpa harus takut akan di tes keperjakaan, lalu kenapa perempuan harus di kunci dengan stigma robeknya selaput dara? Padahal bentuk dan ketebalan masing-masing vagina perempuan beragam.

Saya ber-asumsi bahwa, konsep keperawanan ini dibuat  untuk menguasai dan  menakut-nakuti perempuan, agar kami perempuan tidak bisa bahagia dengan tubuh kami sendiri.

Laki-laki dalam budaya masyarakat patriarki, sangat angkuh dan sombong. Mereka takut di banding-bandingkan  ukuran penisnya dengan yang lain. Mereka akan merasa tersinggung dan minder karena khawatir tak memberi kepuasan pada pasangannya. Itulah kenapa mereka ingin perempuan yang "perawan" dan tidak pernah merasakan kebahagian "seks" sebelum menikah. Karena agar mereka menajadi superior dan ahli dalam bermain-main dengan tubuh perempuan.

Padahal perempuan bisa saja menikmati tubuhnya sendiri tanpa berhubungan intim (seks). Sudah banyak media kini yang menyediakan alat bagi manusia untuk menyalurkan hasrat seksualnya. Perempuan juga bisa memuaskan diri sendiri, tanpa harus menggantungkannya pada orang lain. Demikian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

About Me

ela nofita sari lahir di kabupaten kerinci .

Follow Me

Search