Jumat, 13 Oktober 2017

BELAJAR INDONESIA DARI AHOK..

Tulisan ini saya dedikasikan untuk Pak Ahok, yang dalam waktu singkat, sudah menjadi Guru dan Teman, Tempat Saya Belajar tentang Indonesia...

Pak Ahok..

2014 adalah awal langkah saya berkarir di Jakarta, waktu itu saya hanya tamatan S1 dari salah satu Sekolah Tinggi di Provinsi Jambi, Tujuan saya Hijrah Kejakarta hanya untuk melanjutkan pendidikan S2 saya, itupun dengan beasiswa jalur tidak mampu.  singkat cerita, saya mendapat keringanan biaya kuliah dari Universitas tempat saya kuliah S2.

Pak Ahok..

Saya mau cerita tentang Pertama kali bertemu bapak saat dibalai kota.

Ketika jamuan makan malam  pada acara dwi tahunan  CDCC (Center For Dialogue and Cooperation Among (Civitilization)  "World Peace Forum"  saya disana bertindak sebagai panitia.

Saya perhatikan bapak menyalami satu persatu tamu yang datang dari berbagai negara,  berjabat tangan dan photo bersama. Saya benar-benar tidak tertarik untuk berphoto dengan anda, dalam fikiran saya waktu itu anda hanyalah orang china,yang menumpang hidup dinegeri kami Indonesia. Anda bukan penduduk asli indonesia, bukan pula beragama mayoritas. Bagiku anda seorang pemimpin yang arogan,  pemarah, dan tukang gusur, itulah narasi yang ada dalam fikiran saya tentang anda.

Dari kejauhan saya melihat bapak semakin mendekat, berjalan menuju meja saya, dan saya bergumam dalam hati, "semoga Ahok gak nyamperin meja saya."

Sambil menikmati hidangan yang disuguhkan dihadapan kami, tiba tiba dari belakang ada suara yang menyapa, "gimana, enak makanannya?" saya yang saat itu sedang makan lantas berdiri dan menyalami bapak, tangan saya sedikit gemetar, dan hanya bilang "enak pak"!.. sambil melangkah kemeja sebelahnya, Pak Ahok bilang " lanjutkan makannya". saya jadi tidak enak waktu itu, tapi saya cuekin aja.

Pak Ahok..

Pemahaman saya tentang Indonesia waktu itu sangatlah sempit, , bagi saya (dulu) Indonesia hanya Pribumi Empunya, tapi saya juga tidak bisa defenisikan Pribumi yang seperti apa? apakah bertubuh pendek? kulit sawo matang, rambut hitam, hidungnya pesek, atau bagaimana Pribumi itu? yang saya tahu bahwa orang-orang seperti pak Ahok, bermata sipit, china,Non Muslim adalah pendatang dinegeri ini. Saya terjebak dalam Rasisme yang saya sendiri tidak tahu kenapa saya berfikiran seperti itu. Mungkin juga karena selama ini saya didaerah, sehingga literatur saya terbatas.

Pak Ahok..

Seiring berjalannya waktu, saya akhirnya menyelesaikan Studi S2 saya, Desember tahun ini Insyallah saya akan Wisuda, dalam perjalanan yang singkat itu, saya bertemu lagi dengan bapak, dalam kondisi yang berbeda.  Saya percaya, tidak ada yang kebetulan diatas dunia ini, bahkan daun yang jatuh dari ranting sekalipun sudah dihitung masanya.  

Salah seorang Profesor di tempat saya bekerja, mengenalkan saya pada seorang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), beliau adalah Ketua umum salah satu Organisasi Sayap Partai.  

Dalam pertemuan tersebut, saya hanya mendapat wejangan dari Prof. Nayo Akhmad (nama samaran), untuk membantu ibu anggota Dewan dalam menjalankan salah satu program kantor kami yaitu 'RUMAH ALADIN" Atap, Lantai, Dinding untuk warga kurang mampu di daerah Jawa Barat. 

Dalam urusan pekerjaan, saya sangat disiplin dan profesional, semua kebutuhan administarsi saya selesaikan dengan tepat waktu dan sesuai harapan, sampai pada suatu hari, saya ditelpon oleh Ibu Anggota Dewan, Bu Mawar (nama samaran), agar saya datang ke acara pelantikan pengurus harian organisasi yang dipimpinnya, dan saya memutuskan untuk hadir.

Hari itu menjadi hari pertama saya menghadiri acara pelantikan organisasi sayap partai, saya bukanlah kader partai politik, juga belum tertarik untuk masuk kedunia politik, bagi saya saat itu politik hany milik orang-orang yang punya uang, bagi rakyat biasa seperti saya, meskipun punya ambisi untuk menjadi seperti mereka, tapi saya mengukur diri terlebih dahulu.

Saya mengikuti acara demi acara, dan sampailah pada saat pengukuhan, saat dibacakan nama pengurus harian Organisasi tersebut dan  satu persatu maju kedepan, nama saya tiba tiba terdengar dari microphone yang dipegang oleh (bu Mawar) selaku ketua umum, masih setengah kaget dan bingung mendengar nama Saya disebut sebut, (Bu Mawar) mempersilakan saya untuk maju kedepan, saya masih belum percaya, padahal diawal saya hanya sebagai tamu undangan tidak lebih.

"(Selanjutnya Anggota Organisasi kita yang baru adalah mahasiwa S2 dari Salah satu Universitas Swasta di Jakarta, dan Rekomendasi dari Prof. (Nayo Akhmad)"

Begitulah (Bu Mawar) Memanggil saya, semua  mata sontak tertuju pada saya, dan iringan tepuk tangan mengiringi langkah saya ke panggung, keringat dingin tubuh saya, kaki saya terasa berat, dan saya masih bertanya tanya, kenapa nama saya bisa masuk dalam struktur organisasi ini?.  Saya hanya mencoba menenangkan diri dengan menarik nafas, sambil memberanikan diri menatap wajah orang-orang penting yang ada dihadapan saya.

Pak Ahok..

Dari Organisasi inilah saya kembali bertemu bapak, mereka yang mendukung bapak untuk maju lagi menjadi calon Gubernur di DKI Jakarta, adalah perempuan-perempuan hebat dari latar belakang profesi yang berbeda beda, saya masih canggung berada dipusaran tersebut, dalam hati saya bertanya-tanya, bukankah selama ini saya tidak suka dengan Pak Ahok? kenapa Saya harus dimasukan kedalam komunitas yang sangat mencintai anda Sejadi-jadinya?!

Lagi, saya berfikir positif tentang apa yang sudah ada dihadapan saya, "tidak akan dibebankan suatu perkara, kepada orang yang tidak mampu". itulah yang membuat saya optimis.  

Sedikit demi sedikit saya mengurai benang kebencian terhadap Pak Ahok, saya membaca setiap waktu tentang Pak Ahok, dan mengevaluasi kekurangan kekurangan saya sebagai manusia yang tidak tahu apa-apa, sampai saat ini, saya masih belum menemukan jawaban, kenapa saya harus membenci Anda dulu!

Beberapa kali bertemu, saat pemotretan dirumah anda untuk iklan kampanye, mendampingi anda saat blusukan bertemu warga, berada disamping anda saat (door stop) melayani pertanyaan awak media, dan saya diberikan kue dengan ucapan selamat ulang tahun dari seorang yang saya benci adalah teguran untuk saya sendiri, betapa orang yang selama ini saya persepsikan negatif, nyatanya seorang yang memiliki hati yang lembut, empati yang tinggi, tidak mau orang lain susah, anda memiliki tekat yang kuat untuk membenahi kebobrokan moral pejabat di negeri ini.

Pak Ahok..

Banyak buku yang menjelaskan tentang diri anda, satupun tak saya lewatkan untuk memastikan kalau saya berada pada posisi yang tidak salah, mendapat hinaan dan kritikan dari orang terdekat, lingkungan organisasi, dan pekerjaan sudah menjadi sarapan pagi saya saat setelah kalayak tahu saya menjadi tim sukses bapak, saya hanya bisa bertahan, berargumen sebisa saya. Sampai suatu ketika saya membuat pernyataan-pernyaan untuk meneguhkan pendirian saya.

Kalau Pak Ahok keturunan China memang kenapa? Bukankah dia lahir, makan dan minum di bumi bernama Indonesia?

Kalau pak Ahok Non Islam Kenapa? Bukankah di Indonesia menjamin kebebasan warganya untuk memeluk dan beribadah menurut keyakinan masing-masing?

kalau Pak Ahok Pemarah Kenapa? Bukankah dia marah kepada para bandit-bandit anggaran dan orang-orang yang tidak mau ditertibkan tempat tinggalnya?

Kalau Pak Ahok "Kafir" memangnya kenapa? apakah saya bisa menjamin dengan Kebenaran yang saya imani, bisa menjadikan saya manusia yang mulia dihadapan Allah SWT. 

Apa yang kita berbuat didunia, maka itulah balasan yang akan kita dapatkan di akhirat, kebaikan yang kita beri, maka kebaikan yang kita dapat, semua orang berhak hidup di bumi Indonesia ini, tanpa harus merasakan mereka minoritas atau bukan dari suku yang sama, karena Indonesia ada karena kita berbeda, Indonesia ada karena landasan kita pancasila, Indonesia ada untuk Semua.

Pak Ahok..

Mulai saat itu, saya belajar bagaimana sejatinya saya harus memanusiakan manusia, saya tahu arti berbagi dan saling mengasihi tanpa harus tanya Agamanya apa? apakah dia hafal rukun iman atau tidak? karena semua orang dihadapan Tuhan itu sama, hanya ketaqwaan yang membedakannya. 

Tugas kita sebagai manusia adalah memberi manfaat untuk banyak orang. 

(membahagikan kemanusiaan).

Terimakasih pak Ahok!

Terimakasih Sudah Mengajarkan Saya Tentang Indonesia!

Meskipun Masih Banyak Hal yang harus saya Baca..

Jakarta, 13 Oktober 2017



2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. mantapp ka tulisannyaa 👍👍 mauu lg dongg yg lebih detail yg pernah k share di twitter... waktu lg blusukan brg pak ahok 🙏

    BalasHapus

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

About Me

ela nofita sari lahir di kabupaten kerinci .

Follow Me

Search