Perempuan berbeda dengan laki-laki, setiap
usaha yang ingin menyamakan keduanya hanya akan melahirkan ”spesies” baru, yang bukan perempuan dan
bukan pula lelaki. Dewasa ini banyak sekali perempuan dan juga laki-laki yang
sudah bosan dengan jenis kelaminnya, sehingga memicu mereka untuk merubah alat
kelaminnya.
Sebenarnya, Perbedaan antara perempuan dengan lelaki, bukan saja
pada alat reproduksinya, tetapi juga struktur fisik dan cara berpikirnya.
Namun, perbedaan itu tidak menjadikan salah satu jenis kelamin lebih unggul
atau istimewa dari yang lain, tetapi justru dengan menggabungkan keduanya
terjadi kesempurnaan kedua pihak. Amat tragis nasib perempuan, sebagaimana yang
terjadi di dalam peradaban Hindu, hak untuk hidup bagi perempuan yang bersuami
harus berakhir pada saat kematian suaminya. Sang Istri dibakar hidup-hidup pada
saat pembakaran mayat suaminya (ngaben),
tradisi ini baru berakhir pada abad ke-17 Masehi.
Islam
tidak hanya menjamin hak hidup bagi perempuan, melainkan juga memberikan
kebebasan kepada wanita untuk berperan aktif di masyarakat, melanjutkan
pendidikan dan memperoleh keterampilan sesuai dengan kodrat dan kemampuannya
sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Nisa:124, An-Nahl: 97, Al-Mu’min: 39-40
dan ayat lainnya. Bagaimana Islam menghargai perempuan dapat dilihat dari
prilaku Rasulullah, kelahiran anak
perempuannya (Fatimah) merupakan rahmat dan berkat tersendiri. Ketika mendapat
kabar akan kelahiran putri itu Rasulullah amat gembira, beliau memberi gelar
Fatimah dengan “al-Zahra”, yang berarti bunga. Bunga sebagai simbol dari
keindahan, keceriaan, dan kebahagiaan.
Apabila
dirujuk kepada sumber-sumber khazanah keislaman, pastilah ditemukan tentang
perlakuan yang adil terhadap laki-laki dan perempuan. Hanya saja terkadang
orang hanya memahaminya secara sepotong-sepotong. Seperti dalam memahami hadis
Shahih riwayat Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi melalui Abu Hurairah ra. “Saling memesanlah untuk
berbuat baik kepada perempuan karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang
bengkok”. Kata-kata
diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok maksudnya bukanlah makna hakiki
melainkan majazi, sebagai isyarat agar laki-laki memperlakukan perempuan secara
bijaksana karena fitrahnya berbeda dari laki-laki. Fitrah itu tidak bisa
dirubah, nah kalau ada yang memaksakan untuk merubahnya maka hasilnya akan
fatal, sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok seperti
dianalogikan dalam hadis di atas.
Pada
era sekarang, kaum perempuan dimanfaatkan untuk komoditi bisnis seperti iklan
dan model yang menonjolkan sisi auratnya. Agar lekuk-lekuk badan (aurat)
perempuan terlihat dengan jelas ditampilkan model pakaian ketat dan bahkan ada
pakaian yang terbuat dari karet. Sekarang di mana-mana anda dapat melihat
model-model pakaian yang bila dipakai seperti orang yang tidak mengenakkan
pakaian. Tapi anehnya
sebagian dari kalangan perempuan menganggap hal itu sebagai ekspresi dari
kehidupan modern atau kemajuan.
Bersyukur di dalam usia ke-68 tahun kemerdekaan, di Indonesia masih banyak perempuan yang tampil anggun
dengan jilbab, namun di sana sini juga banyak dari kalangan umat Islam itu
sendiri terjebak dengan aneka model pakaian yang mengumbar seks. Ada banyak
tempat untuk menunjukkan keunggulan seperti dalam bidang pendidikan dan
keterampilan misalnya. Menunjukkan keunggulan dalam bidang apapun tidaklah
salah hanya saja, cara dan metodenya harus pas. Silakan saja laki-laki maupun
perempuan berlomba dalam mengejar kemajuan asalkan mengindahkan norma-norma
agama dan moral.
Wallahu a’lam
Jakarta, 20
November 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar