Sabtu, 08 Juni 2019

SEKEPING CINTA UNTUK PEREMPUAN


         Perempuan berbeda dengan laki-laki, setiap usaha yang ingin menyamakan keduanya hanya akan melahirkan ”spesies” baru, yang bukan perempuan dan bukan pula lelaki. Dewasa ini banyak sekali perempuan dan juga laki-laki yang sudah bosan dengan jenis kelaminnya, sehingga memicu mereka untuk merubah alat kelaminnya.

       Sebenarnya, Perbedaan antara perempuan dengan lelaki, bukan saja pada alat reproduksinya, tetapi juga struktur fisik dan cara berpikirnya. Namun, perbedaan itu tidak menjadikan salah satu jenis kelamin lebih unggul atau istimewa dari yang lain, tetapi justru dengan menggabungkan keduanya terjadi kesempurnaan kedua pihak. Amat tragis nasib perempuan, sebagaimana yang terjadi di dalam peradaban Hindu, hak untuk hidup bagi perempuan yang bersuami harus berakhir pada saat kematian suaminya. Sang Istri dibakar hidup-hidup pada saat pembakaran mayat suaminya (ngaben), tradisi ini baru berakhir pada abad ke-17 Masehi.
            
           Islam tidak hanya menjamin hak hidup bagi perempuan, melainkan juga memberikan kebebasan kepada wanita untuk berperan aktif di masyarakat, melanjutkan pendidikan dan memperoleh keterampilan sesuai dengan kodrat dan kemampuannya sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Nisa:124, An-Nahl: 97, Al-Mu’min: 39-40 dan ayat lainnya. Bagaimana Islam menghargai perempuan dapat dilihat dari prilaku  Rasulullah, kelahiran anak perempuannya (Fatimah) merupakan rahmat dan berkat tersendiri. Ketika mendapat kabar akan kelahiran putri itu Rasulullah amat gembira, beliau memberi gelar Fatimah dengan “al-Zahra”, yang berarti bunga. Bunga sebagai simbol dari keindahan, keceriaan, dan kebahagiaan.
          Apabila dirujuk kepada sumber-sumber khazanah keislaman, pastilah ditemukan tentang perlakuan yang adil terhadap laki-laki dan perempuan. Hanya saja terkadang orang hanya memahaminya secara sepotong-sepotong. Seperti dalam memahami hadis Shahih riwayat Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi melalui Abu Hurairah ra. “Saling memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok”. Kata-kata diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok maksudnya bukanlah makna hakiki melainkan majazi, sebagai isyarat agar laki-laki memperlakukan perempuan secara bijaksana karena fitrahnya berbeda dari laki-laki. Fitrah itu tidak bisa dirubah, nah kalau ada yang memaksakan untuk merubahnya maka hasilnya akan fatal, sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok seperti dianalogikan dalam hadis di atas.
            Pada era sekarang, kaum perempuan dimanfaatkan untuk komoditi bisnis seperti iklan dan model yang menonjolkan sisi auratnya. Agar lekuk-lekuk badan (aurat) perempuan terlihat dengan jelas ditampilkan model pakaian ketat dan bahkan ada pakaian yang terbuat dari karet. Sekarang di mana-mana anda dapat melihat model-model pakaian yang bila dipakai seperti orang yang tidak mengenakkan pakaian. Tapi anehnya sebagian dari kalangan perempuan menganggap hal itu sebagai ekspresi dari kehidupan modern atau kemajuan.
Bersyukur di dalam usia ke-68 tahun kemerdekaan, di Indonesia masih banyak perempuan yang tampil anggun dengan jilbab, namun di sana sini juga banyak dari kalangan umat Islam itu sendiri terjebak dengan aneka model pakaian yang mengumbar seks. Ada banyak tempat untuk menunjukkan keunggulan seperti dalam bidang pendidikan dan keterampilan misalnya. Menunjukkan keunggulan dalam bidang apapun tidaklah salah hanya saja, cara dan metodenya harus pas. Silakan saja laki-laki maupun perempuan berlomba dalam mengejar kemajuan asalkan mengindahkan norma-norma agama dan moral.
Wallahu a’lam
Jakarta, 20 November 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

About Me

ela nofita sari lahir di kabupaten kerinci .

Follow Me

Search